Menurut R. Bintarto, geografi adalah studi
yang mempelajari hubungan kusal gejala-gejala di permukaan bumi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi. Kajian secara fisik maupun
mencakup mahluk hidup beserta permasalahannya. Kajian dilakukan melalui
pendekatan keuangan, ekologi, regional untuk kepentingan, proses, dan
keberhasilan program. Atas definisi tersebut saya akan mencoba membahas tentang
bencana lumpur lapindo
Ditanah siduarjo inilah berdiri Lapindo Brantas Inc. Asal mula
munculnya lumpur panas di Sidoarjo terkait erat dengan pola pengusahaan
pertambangan gas oleh sebuah kekuatan korporasi yang bernama Lapindo Brantas
Inc. Mud Volcano. Gas adalah salah satu sumber energi yang berasal dari dalam
bumi.
Pada proses awal, gas alam terbentuk dari hasil dekomposisi zat
organik oleh mikroba anaerobik. Mikroba yang mampu hidup tanpa oksigen dan
dapat bertahan pada lingkungan dengan kandungan sulfur yang tinggi. Pembentukan
gas alam secara biologis ini biasanya terjadi pada rawa, teluk, dasar danau dan
lingkungan air dengan sedikit oksigen. Proses ini mmembentuk gas alam pada
kedalaman 760 sampai 4880 meter akan tetapi pada kedalaman dibawah 2900 meter,
akan terbentuk wet gas (gas yang mengandung cairan hydrocarbon). Proses jenis
ini menempati 20 persen keseluruhan cadangan gas dunia.
Proses Thermal Pada kedalaman 4880 meter, minyak bumi menjadi tidak
stabil sehingga produk utama hydrocarbon menjadi gas metan. Gas ini terbentuk
dari hasil cracking cairan hydrocarbon yang ada disekitarnya. Proses pembentukan
minyak bumi juga terjadi pada kedalaman ini, akan tetapi proses pemecahannya
menjadi metan lebih cepat terjadi.
Sebenarnya, pembentukan gas alam dari bahan inorganik juga dapat
terjadi. Walaupun ditemukan pada jumlah yang tidak banyak, gas metan terbentuk
dari batuan awal lapisan pembentuk bumi dan jenis meteorit yang mengandung
bayak kabon (carbonaceous chondrite type).
Gas mulia (He dan Ar) yang ditemukan bersama gas alam adalah produk
hasil dari disintegrasi radioaktif alam. Helium berasal dari thorium dan
keluarga uranium sedangkan argon berasal dari potassium. Gas-gas ini
kemungkinan besar sama-sama terjebak oleh lingkungan pada gas alam.
Setelah kita tahu asal usul gas, saya akan
mulai mencoba untuk membahas tentang terjadinya bencana alan lumpur panas
lapindo.
Penyebab terjadinya Bencana alam lumpur
panas lapindo, setidaknya ada 3 aspek yang menyebabkan terjadinya semburan lumpur
panas tersebut. Pertama, adalah aspek teknis. Pada awal tragedi, Lapindo bersembunyi
dibalik gempa tektonik Yogyakarta yang terjadi pada hari yang sama. Hal ini didukung
pendapat yang menyatakan bahwa pemicu semburan lumpur adalah gempa Yogya yang mengakibatkan
kerusakan sedimen. Namun, hal itu dibantah oleh para ahli, bahwa gempa di Yogyakarta
yang terjadi karena pergeseran Sesar Opak tidak berhubungan dengan Surabaya. Argumen
tersebut lemah karena biasanya terjadi pada lapisan dangkal, yakni pada sedimen
yang ada pasir- lempung, bukan pada kedalaman 2.000 - 6.000 kaki.
Kedua, aspek ekonomis. Dalam kasus semburan
lumpur panas ini, Lapindo diduga “sengaja menghemat” biaya operasional dengan tidak
memasang casing. Jika dilihat dari perspektif ekonomi, keputusan pemasangan casing
berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan Lapindo. Namun, entah mengapa Lapindo
sengaja tidak memasang casing, sehingga pada saat terjadi under ground blow out,
lumpur yang ada diperut bumi menyembur keluar tanpa kendali.
Ketiga, aspek politis. Sebagai legalitas usaha
eksplorasi atau eksploitasi, Lapindo telah mengantongi izin usaha kontrak bagi hasil
dari Pemerintah sebagai otoritas penguasa kedaulatan atas sumber daya alam. Poin
inilah yang paling penting dalam kasus lumpur panas ini. Pemerintah Indonesia telah
lama menganut sistem ekonomi neoliberal dalam berbagai kebijakannya. Alhasil, seluruh
potensi tambang migas dan sumber daya alam (SDA) “dijual” kepada swasta / individu.Orientasi
profit yang menjadi para digma korporasi menjadikan manajemen korporasi butah akan
hal – hal lain yang menyangkut kelestarian lingkungan, peningkatan taraf hidup rakyat
,bahkan hingga bencana ekosistem.
Bencana Lumpur Panas
Lapindo sudah memasuki tahun ke 6 namaun dampak lingkungan akibat luapan lumpur
panas lapindo masih belum disikapi dengan layak oleh para petinggi Lapindo
Brantas Inc.
Dampak tersebut
antara lain: terjadinya perubahan wilayah dari wilayah persawahan dan pemukiman
akan menjadi danau lumpur. Penurunan tanah sedalam 1 meter dan terus menurun
dengan percepatan 1,5cm perhari. Luapan lumpur yang mengeluarkan material
(lumpur dan air) yang dikeluarkan sebesar 126.000m3 perhari, dan tinggi
semburan mencapai 15m dari atas permukaan tanah. Sejak letusan pertama tidak
ada tanda bahaya yang memperingatkan masyarakat sekitar sumur. Sosialisasi
dilakukan Lapindo yang menyesatkan karena menyampaikan tidak akan ada bahaya
dari luapan lumpur yang terjadi. 27 perusahaan tutup, 40 UKM tutup, 1.700 buruh
menganggur, 241ha sawah produktif hancur, 1.810 rumah penduduk tenggelam dengan
kerugian material diperkirakan sebesar Rp3trilyun, dan masih akan bertambah.
Semoga saja masalah lumpur lapindo segera teratasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar